Monday, July 15, 2013

Sejarah & Runtuhnya Tembok Berlin (The Revolution With No Blood)



Tembok Berlin (bahasa Jerman: Berliner Mauer) adalah sebuah tembok pembatas terbuat dari beton yang dibangun oleh Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur serta daerah Jerman Timur lainnya sehingga membuat Berlin Barat sebuah enklave. Tembok ini mulai dibangun pada tanggal 13 Agustus 1961.



Tembok pembatas ini juga dibarengi dengan pendirian menara penjaga yang dibangun sepanjang tembok ini, juga pendirian sebuah daerah terlarang, yang diisi dengan ranjau anti kendaraan. Blok Timur menyatakan bahwa tembok ini dibangun untuk melindungi para warganya dari elemen-elemen fasis yang dapat memicu gerakan-gerakan besar, sehingga mereka dapat membentuk pemerintahan komunis di Jerman Timur. Meski begitu, dalam prakteknya, ternyata tembok ini digunakan untuk mencegah semakin besar larinya penduduk Berlin Timur ke wilayah Berlin Barat, yang berada dalam wilayah Jerman Barat.

Oleh otoritas Jerman Timur, Tembok Berlin dikatakan sebagai "Benteng Proteksi Anti-Fasis" (bahasa Jerman: Antifaschistischer Schutzwall), yang menyatakan bahwa negara Jerman Barat belum sepenuhnya dide-nazifikasi. Pemerintah Kota Jerman Barat kadang-kadang mengatakan Tembok Berlin sebagai "Tembok Memalukan"—sebutan yang dicetuskan oleh Walikota Willy Brandt—untuk mengutuk tembok ini karena membatasi kebebasan bergerak. Bersamaan dengan Tembok Pembatas Antar Jerman yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur, kedua tembok pembatas ini menjadi simbol "Tirai Besi" yang memisahkan Eropa Barat dengan Blok Timur selama Perang Dingin.

Sejarah Ambruknya Tembok Berlin Pada Revolusi 1989
 
Kronologis Ambruknya Tembok Berlin, 9 November 1989, menjadi puncak dari berakhirnya Perang Dingin.

Namun sejumlah peristiwa yang tak kalah penting mendahului maupun menyusul, mulai dari kemenangan Solidaritas di Polandia hingga jatuhnya para penguasa komunis.

6 Februari: Solidaritas berunding
Tanggal 6 Februari, pemerintahan Jenderal Wojciech Jaruzelski memulai perundingan dengan Serikat Buruh Solidaritas tentang perubahan politik dan ekonomi yang meluas. Solidaritas sebelumnya merupakan serikat buruh yang dilarang oleh pemerintah.

 
Namun kombinasi dari aksi mogok, kenaikan harga-harga, dan langkanya kebutuhan sehari-hari membuat pemerintah tidak punya pilhan selain melibatkan Solidaritas untuk mengatasi masalah di dalam negeri.

2 Mei: Hungaria mencopot pagar
Tentara Hungaria mulai mencopot pagar berduri di sepanjang perbatasan dengan negara tetangga Austria. Pemerintah komunis di Jerman Timur, Rumania, dan Cekoslowakia marah. Mereka kuatir warga akan menggunakan celah ini untuk menyeberang ke Barat, namun Moskow tidak melakukan apapun.

 
Antara awal Mei hingga akhir Juli, beberapa ratus warga Jerman Timur pura-pura berlibur ke Hungaria namun kemudian menyeberang ke Austria.

4 Juni: Solidaritas menang
Pemilihan umum Polandia menjadi terobosan bagi Solidaritas, yang memperjuangkan kebebasan politik yang lebih besar di bawah undang-undang darurat. Pemilihan umum digelar setelah perundingan intensif selama 4 bulan antara pemerintah dan Solidaritas.

Tanggal 4 Juni 2009, pemilihan berlangsung untuk memperebutkan seluruh kursi Senat --yang baru dibentuk-- dan sepertiga kursi di majelis rendah, Sejm. Solidaritas meraih 99 dari 100 kursi Senat dan seluruh kursi di Sejm.

23 Agustus: Rantai manusia Baltik
Lebih dari 2 juta orang di negara-negara Baltik --Estonia, Lithuania, dan Latvia-- berpegangan tangan untuk membentuk rantai manusia sepanjang 400 mil sebagai protes atas pemerintahan Uni Soviet. Tuntutan mereka --agar negara merdeka dipulihkan kembali-- disampaikan bersamaan dengan peringatan 50 tahun pakta non-agresi Soviet-Nazi, yang diam-diam mencakup penguasaan negara-negara Baltik oleh Uni Soviet.

 
Beberapa pengunjuk rasa membawa spanduk bertuliskan 'Tentara pendudukan Soviet pulang!' maupun gambar lambang swastika Nazi berdampingan dengan palu arit Soviet.

10 September: Menyeberang ke Jerman Barat
Tanggal 10 September, Menteri Luar Negeri Hungaria, tampil di TV mengumumkan bahwa sejak tengah malam ribuan warga Jerman Timur yang berada di negara itu boleh menyeberang ke Barat. Di salah satu tempat penampungan sementara di ibukota Budapest, orang-orang bersorak sorai dan beberapa sampai menangis.
 
Sebagian langsung melintasi perbatasan ke Austria dengan menggunakan mobil dan sebagian lain menggunakan kereta api. Keputusan ini ditentang keras oleh Jerman Timur, dan untuk pertama kalinya konvensi di kalangan anggota Pakta Warsawa dilanggar --yaitu mencegah warga masing-masing negara melintas ke Barat.

2 Oktober: Gorbachev di Berlin Timur
Pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev tiba di Berlin Timur untuk merayakan 40 tahun berdirinya negara Jerman Timur. Persitiwa ini menjadi momen yang penting dalam krisis di Eropa Timur.

Ribuan warga Jerman Timur sudah meninggalkan negara itu melewati perbatasan Hungaria dan Austria untuk mencapai Jerman Barat. Sebagian mengungsi di Kedutaan Besar Jerman Barat di Praha, Warsawa, dan Budapest. Di jalanan kota-kota besar Jerman Timur, marak unjuk rasa yang menuntut kebebasan dan hak yang lebih besar.

28 Oktober: Kerusuhan di Cekoslawakia
Para pendukung demokrasi menggelar unjuk rasa di Lapangan Wenceslas, Praha, untuk merayakan 71 tahun kemerdekaan Cekoslawakia.

Mereka memekik "Kemerdekaan" dan Kami mau pemerintah lain." Unjuk rasa ini merupakan penentangan besar-besaran yang pertama sejak Januari karena unjuk rasa sekecil apapun langsung dibubarkan dan orang-orangnya ditangkapi. Kali ini polisi anti huru hara juga berupaya membubarkan unjuk rasa: beberapa orang terluka dan dibawa ke rumah sakit.

 
Namun unjuk rasa menjadi momentum penting dan sekitar sebulan kemudian berhasil menjatuhkan pemerintah Cekoslawakia.

9 November: Akhir Tembok Berlin
Tanggal 9 November, warga Jerman yang menonton TV menyaksikan konperensi pers dari pemerintah dan terkejut mendengar mereka kini bebas untuk pergi ke Jerman Barat.
Orang-orang yang langsung mencobanya malam itu diusir menjauh dari Tembok Berlin oleh pengawal perbatasan. Namun dalam beberapa jam, ribuan orang berkumpul di perbatasan dan suasana menjadi semacam pesta besar.
 
Mereka menaiki tembok sambil bersorak sorai maupun memukuli dinding tembok dengan peralatan seadanya. Esoknya, buldoser Jerman Timur mulai merubuhkan Tembok Berlin --38 tahun sejak dibangun-- dan gelombang warga Jerman Timur memasuki Berlin Barat.

 

10 November: Bulgaria jatuh
Pemimpin Partai Komunis Bulgaria, Todor Zhivkov, mengundurkan diri setelah 34 tahun berkuasa. Ia merupakan pemimpin Eropa Timur yang paling lama memeluk kekuasaan.

Sepekan sebelumnya unjuk rasa marak, yang merupakan unjuk rasa pertama masa paska-perang di Bulgaria. Zhikov, yang berusia 77 tahun, sebenarnya tidak mengundurkan diri secara sukarela namun dijatuhkan oleh Komite Pusat Partai Komunis.

24 November : Revolusi Beledru
Penguasa komunis Cekoslawakia jatuh pada tanggal 24 November, seminggu setelah unjuk rasa yang dikenal sebagai Revolusi Beledru.

Begitu berita pengunduran diri seluruh anggota Politbiro sampai ke 200.000 pengunjuk rasa di Lapangan Wenceslas di pusat ibukota Praha, langsung digelar perayaan yang meriah. Tanggal 29 Desember, Vaclav Havel --yang pernah dipenjara karena membangkang pada masa pemerintahan komunis-- ditunjuk menjadi Presiden Cekoslawakia.

17 Desember: Letupan Rumania
Pasukan Rumania melepas tembakan ke arah pengunjuk rasa di kota Timisoara. Para pegunjuk rasa berkumpul mencegah penangkapan seorang pendeta. Pendeta Laszlo Tokes dari Gereja Reformasi --yang sudah lama memperjuangkan hak asasi bagi warga minoraitas Rumania-- rencananya akan diasingkan ke sebuah kampung terpencil.

Namun ratusan orang membuat lingkaran di sekeliling gerejanya dan upaya untuk membubarkan mereka malah mengundang lebih banyak orang yang datang. Unjuk rasa kemudian membesar dan sekitar 10.000 orang turun ke jalan merusak mobil maupun toko dan menurunkan gambar Presiden Nicolae Ceausescu.
25 Desember: Eksekusi
Nicolae Ceausescu
Natal 1989, Presiden Nicolae Ceausescu dan istrinya, Elena, dieksekusi setelah diadili selama 2 jam di sebuah pangkalan militer. Sehari setelah perintah aparat keamanan untuk menembaki pengunjuk rasa di Timisoara, Ceausescu masih tetap yakin pada posisinya dan melakukan kunjungan kenegaraan ke Iran.

 
Namun ketika kembali 20 Desember, dia menemukan Rumania sudah dalam keadaan kacau balau. Tank-tank berada di jalanan ibukota Bukares, perbatasan ditutup, dan dunia internasional mengutuk kekerasan berdarah di Timisoara.

Keesokan harinya di alun-alun istana, dia berpidato di hadapan massa --yang sengaja dikerahkan-- dan mengutuk fasis dan pihak asing yang mengupayakan revolusi. Namun massa malah menyorakinya dan dia sempat terpana karena kaget dengan reaksi massa. Siaran TV yang meliput acara itu langsung dihentikan.

Unjuk rasa terus berlangsung dan tentara, yang sebelumnya menembak warga sipil, mulai berpaling mendukung mereka. Ceausescu dan istrinya melarikan diri dari ibukota dengan helikopter namun ditangkap oleh tentara dan ditahan selama 3 hari sebelum diadili dan dieksekusi.