Tuesday, January 28, 2014

Histrionik, Gangguan Kepribadian Yang Banyak Di Derita Para Wanita

Pernah dengarkah Anda orang yang berkepribadian histrionik itu seperti apa? Mungkin Anda ada yang bertanya apakah itu? Kepribadian histrionik mungkin pernah anda jumpai. Namun mungkin Anda yang belum tahu seperti apa kepribadian histrionik. Banyak yang mengatakan histrionik seperti orang yang histeris, sebenarnya bukan seperti itu. Bahkan ada yang mengatakan orang yang berpakaian terlalu mencolok, norak, atau sebagainya.

Tidak semua orang yang mengenakan pakaian mencolok, norak, atau flamboyan memiliki kerpibadian histrionik. Ciri kepribadian lain apa yang menandai orang dengan gangguan kepribadian histrionik?

Memang, istilah histrionik bukanlah istilah yang sering digunakan. Istilah yang lebih sering digunakan untuk menjelaskan orang dengan gangguan kepribadian histrionik adalah ‘histeris’ atau ‘narsis.’

Gangguan kepribadian histrionik ini biasanya melibatkan emosi yang berlebihan dan kebutuhan yang besar untuk menjadi pusat perhatian. Orang dalam gangguan ini cenderung dramatis dan emosional, dibesar-besarkan dan mudah berubah-ubah perasaannya. Mereka bisa merasa kecewa karena kabar mengenai suatu kejadian yang menyedihkan dan membatalkan janji untuk sore hari, membuat teman-teman di sekitarnya merasa tidak nyaman. Mereka dapat menunjukkan keriangan yang berlebihan saat bertemu dengan seseorang atau menjadi sangat marah saat seseorang tidak menyadari gaya rambut atau sepatu mereka yang baru.

Menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) dari American Psychiatric Association (APA), orang dengan gangguan kepribadian histrionik memiliki kebutuhan yang besar dalam mencari perhatian. Hal ini bermula pada masa dewasa awal dan muncul di berbagai macam konteks. Mereka cenderung menuntut orang lain memenuhi kebutuhan mereka akan perhatian dan berperan sebagai korban saat orang lain mengecewakan mereka.

Dalam berinteraksi dengan orang lain sering kali berperilaku menggoda atau provokatif secara seksual, yang tidak pada tempatnya.

Mereka biasanya memperlihatkan ekspresi emosi berubah-rubah dengan cepat. Seperti, jika riang gembira dan mendapat berita buruk, mereka akan dengan cepat menangis atau marah. Membuat teman di sekitarnya tidak nyaman dalam perubahan emosinya.

Mereka secara konsisten menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian. Mereka terlalu peduli dengan penampilan dalam menarik perhatian orang lain. Biasanya dapat menghabiskan jumlah uang, waktu, atau tenaga untuk pakaian dan perawatan.

Mereka ingin mendapatkan pujian tentang penampilan dan akan marah jika kita mengkritik penampilan mereka baik foto maupun penampilan saat itu yang kita lihat, mereka akan merasa tidak nyaman dan mencoba untuk membuat mereka diperhatikan dengan cara yang berbeda.

Gaya berbicara terlalu impresionistik dan kurang detail. Mereka akan berkomentar individu tertentu adalah manusia yang indah, namun mereka tidak dapat memberi contoh specific dari kualitas yang baik untuk mendukung pendapat mereka ini. Mereka hanya dapat memberikan komentar atau membicarakan hal global tapi tidak dapat menggambarkan dengan jelas tentang apa yang mereka bicarakan.


Mudah dipengaruhi orang lain atau keadaan. Pendapat maupun perasaan mereka mudah dipengaruhi orang lain atau kondisi saat itu. Mereka mudah terlalu percaya, terutama dari orang-orang yang menurut mereka sebagai orang yang dapat memecahkan masalah atau orang-orang yang dekat. Mungkin jika kita pernah melihat terkadang di lingkungan kita ada seseorang yang terlalu mudah percaya kepada orang terdekat dan dengan mudah meyakini tanpa melihat kenyataannya, terkadang mereka mengutamakan feeling atau firasat.

Menggangap hubungannya lebih intim dibanding kenyataan. Mereka dengan mudah menggunakan kata sayang, baik kepada orang spesial maupun teman. Setiap kenalan yang mereka miliki sering digambarkan seolah-olah memiliki ikatan erat dan spesial, namun pada kenyataannya tidak.

Faktor penyebab utama gangguan ini tidak diketahui pasti, namun diduga faktor penyebab utama adalah pengalaman masa anak-anak, faktor genetik, dan lingkungan adaptasi. Pengalaman masa lalu yang suram termasuk pengalaman masa anak-anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua menjadi salah satu pemicu terjadinya gangguan ini. Perilaku orang tua yang memanjakan anak dan berkelanjutan sampai menginjak dewasa merupakan hal yang dapat membuat anak menjadi penderita gangguan kepribadian histrionik.

Namun ada yang mengatakan Culture-Related Diagnostic Issues, di mana norma-norma untuk perilaku interpersonal, penampilan, dan ekspresi emosional bervariasi di seluruh budaya, jenis kelamin, dan usia. Sebelum mempertimbangkan hal tersebut, perlu melakukan evalusi, apakah hal itu signifikan atau tidak. Sebagai contoh, beberapa peneliti harapkan untuk menemukan gangguan ini lebih sering antar budaya yang cenderung menampilkan nilai tanpa hambatan emosi.

Ada yang mengatakan Gender-Related Diagnostic Issues, dalam bidang klinis, gangguan ini telah didiagnosis lebih sering pada wanita, namun rasio perbandingan antara pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan. Meskipun perbedaan jenis kelamin yang mungkin sangat kontroversial, namun dari kontroversi ini menghasilkan bahwa sebagian besar jumlah ciri-ciri yang terjadi lebih sering pada wanita yang termasuk ke dalam kriteria diagnostik. Untuk gangguan kepribadian histerionik, ini mencakup lebih dari dramatisasi, kesombongan, tipu, dan memusatkan pada penampilan fisik, yang secara otomatis meningkatkan kemungkinan bahwa perempuan akan didiagnosis lebih banyak menderita gangguan penyakit ini.

Berdasarakan Humanistic Perspective penderita gangguan kepribadian histrionik memiliki self-esteem yang rendah dan sedang berjuang untuk memberi kesan pada orang lain dengan tujuan meningkatkan self-worth mereka. Adapun secara Interpersonal Perpective penderita gangguan kepribadian histrionik dapat berbuat apa saja agar mendapat perhatian sekelilingnya. Walaupun begitu, ia tidak dapat menjalin relasi mendalam dengan lingkungannya.

Berdasarkan Psikodinamik, para ahli psikodinamika melihat gangguan ini sebagai hasil dari kebutuhan-kebutuhan akan ketergantungan sangat mendalam dan merupakan represi dari emosi, hambatan dari resolusi setiap tahapan oral atau oedipal. Pencarian atensi berasal dari kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan orang lain. Kadangkala berpikir dan kadangkala keterlibatan emosi dengan orang lain menggambarkan orang histrionic yang merepresi kebutuhan dan perasaannya sendiri.

Berdasarkan Behavioral, orang dengan gangguaan ini biasanya berasal dari keluarga yang memanjakan dan membiarkan sifat manjanya hingga dewasa. Hal ini menjadi suatu pembiasaan sehingga terbentuk karakter yang menetap mengenai sifat manja dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Selain itu, biasanya, dalam keluarga tabu untuk mendidik atau mengenalkan masalah sex. Selain itu, ada pendapat lain yaitu ketika masa kanak mengalami hubungan dengan orang tua yang tidak harmonis sehingga kehilangan rasa cinta. Lalu untuk mempertahankan ketakutan akan kehilangan yang sangat, dia bereaksi secara dramatis.

Berdasarkan Cognitive, para ahli kognitif berpendapat bahwa asumsi dasar yang mengarahkan orang-orang bertingkah laku histrionik adalah “aku tidak cukup dan tidak mampu menangani hidup dengan caraku sendiri”. Meskipun asumsi ini dipakai untuk orang-orang dengan gangguan lain, secara khusus yang mengalami depresi dan orang-orang histrionik merespon asumsi ini secara lebih berbeda dibandingkan dengan gangguan yang lain. Secara khusus, orang histrionik bekerja untuk mendapat kepedulian dari orang lain atas dirinya dengan mencari perhatian dan dukungan dari mereka.

Hal yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penderita gangguan kepribadian histrionik adalah kombinasi antara pengobatan medical dan psikoterapi. Tidak ada obat secara langsung yang dapat menyembuhkan gangguan kepribadian ini, dokter akan memberikan jenis obat-obatan bila individu yang bersangkutan mengalami gangguan kecemasan atau gangguan mood seperti depresi. Berikut adalah beberapa obat yang dapat diberikan kepada penderita gangguang kepribadian histrionik dan harus berdasarkan resep dan pengawasan dokter : Antidepressant, Dokter menganjurkan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine (Prozac, Sarafem), sertraline (Zoloft), paroxetine (Paxil), nefazodone atau jenis antidepressant lainnya untuk gangguan kepribadian yang disertai dengan kecemasan dan depresi.

Anticonvulsants, jenis obat ini untuk mengurangi tingkat agresifitas dan perilaku impulsif. Jenis yang dianjurkan adalah carbamazepine (Carbatrol, Tegretol) atau asam valproik (Depakote). Selain itu juga topiramate (Topamax), jenis anticonvulsant ini dianggap lebih efektif dalam menangani permasalahan perilaku impuls yang tidak terkontrol.

Antipsychotics, penderita gangguan kepribadian ambang dan schizotypal beresiko kehilangan dunia nyata, obat antipsychotic seperti risperidone (Risperdal) dan olanzapine (Zyprexa) dapat membantu menghentikan pikiran-pikiran yang menyimpang. Untuk gangguan perilaku kadang juga diberikan haloperidol (Haldol).

Dalam psikoterapi, terapis harus dapat memilih terapi yang tepat untuk gangguan kepribadian histrionik. Penghalang utama dalam melakukan psikoterpai pada penderita ganggaun kepribadian ini adalah sifat tertutup si penderita bahkan terkadang adanya rasa tidak suka pada terapis keberhasilan dari penyembuhan ini sangat bergantung kepada motivasi penderita secara pribadi. Berikut adalah beberapa psikoterapi yang dapat diberikan kepada penderita gangguan kepribadian histrionik :
Berdasarkan Psikodinamika, pada pendekatan ini terapis akan membicarakan kondisi pasien dan beberapa hal mengenai isu-isu mengenai kesehatan mental secara professional. Dalam psikoterapi ini diharapkan dapat menangani berbagai permasalahan yang dihadapi penderita, belajar hidup secara sehat, dan bagaimana bereaksi secara tepat terhadap berbagai problem dalam kehidupan sosial. Metode pelaksanaan dapat dilakukan secara individu, kelompok atau keluarga. Sedangkan Cognitive Behavior Therapy (CBT), bentuk terapi dalam CBT melibatkan pelatihan ulang terhadap pemikiran dan cara pandang terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul, termasuk didalamanya pengontrolan emosi dan perilaku.

Adapun Dialectical Behavior Therapy (DBT), dalam terapi ini penderita gangguan kepribadian histrionik belajar mengontrol perilaku dan emosi dengan teknik kesadaran penuh, pasien dibantu untuk mengenal berbagai emosinya tanpa perlu bereaksi (mengontrol perilakunya). Target yang ingin dicapai dalam terapi ini adalah penyesuaian berbagai masalah yang sedang dihadapi si penderita dengan pengambilan keputusan yang tepat. Hal lain yang didapat si penderita dalam terapi ini adalah pemusatan kosentrasi, hubungan interpersonal (ketrampilan sosial), dan mengatur reaksi emosi secara tepat. Ataupun Familly Therapy, terapi keluarga dilakukan dengan cara melatih anggota keluarga untuk lebih menghargai individu, meningkatkan komunikasi dan penyelesaian masalah secara bersama-sama dan saling mendukung. Anggota keluarga akan dilatih terlebih dahulu untuk bersikap dan berperilaku yang mendukung penyembuhan si penderita gangguan kepribadian histrionik. Terapi ini dianggap lebih baik karena proses terapi berlangsung setiap saat. Terapi keluarga juga dapat dilakukan oleh pasangan individu (couples therapy).

Meskipun telah banyak yang dituliskan tentang cara-cara untuk membantu penderita gangguan ini, masih sedikit peneliti yang memperlihatkan kesuksesannya. Beberapa penanganan terapis telah mencoba, memodifikasi perilaku mencari perhatian mereka. Kass, Silver dan Abrams menangani lima perempuan, empat diantaranya dirawat di rumah sakit karena mencoba bunuh diri dan semuanya didiagnosis dengan gangguan ini. Para perempuan itu diberi reward untuk interaksi yang baik dan harus membayar semacam denda untuk perilaku mencari perhatian yang diperlihatkannya. Para terapis itu mencatat perbaikan yang tampak setelah follow up selama 18 bulan, tetapi mereka tidak mengumpulkan data ilmiah untuk menguatkan observasi tersebut.

Sebagian besar terapis untuk indidivu-individu dengan gangguan ini difokuskan pada hubungan interpersonalnya yang bermasalah. Mereka sering memanipulasi orang lain melalui krisis emosional, menggunakan pesona, seks, sikap menggoda dan berbagai macam keluhan. Penderita gangguan ini sering perlu ditunjukkan bagaimana hasil jangka pendek dari gaya interaksi semacam itu dapat menimbulkan pengorbanan jangka panjang. Mereka juga perlu diajari tentang cara-cara yang lebih baik untuk menegosiasikan keinginan dan kebutuhannya.

Bagaimana cara pencegahannya mungkin masih belum pasti namun agar seseorang tidak mengalami gangguan ini dapat kita rancang suatu cara untuk mendorong mereka, antara lain dalam psikososialan. Seperti kognitif dan pengalaman masalalu yang suram menjadi salah satu pemicu lahirnya gangguan ini. Lingkungan termasuk pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan termasuk kurangnya perhatian orang tua. Sehingga lingkungan dan orang tua sangat berpengaruh untuk seseorang menjadi gangguan ini jika tidak memberikan dorongan atau motivasi yang dapat membangun mereka menjadi lebih baik dan menilai diri mereka positif.

Sosiokultural, Studi budaya tertentu dengan tingkat tinggi HPD menunjukkan penyebab sosial dan budaya HPD. Sebagai contoh, beberapa peneliti harapkan untuk menemukan gangguan ini lebih sering antar budaya yang cenderung menampilkan nilai tanpa hambatan emosi.

Biologi, secara genetis, kemungkinan bawah ciri-ciri karakter mayornya merupakan sifat yang diturunkan. Sedangkan ciri-ciri karakter lainnya disebabkan oleh kombinasi fenotip dari genetika dan lingkungan, termasuk pengalaman di masa kecil.

Salah satu contoh nyata dari gangguan kepribadian antisosial adalah kasus Lynnette. Lynnette adalah seorang guru SMA 44 tahun yang terkenal karena perilaku aneh dan genit yang tidak pantas. Beberapa murid-muridnya telah mengeluh kepada kepala sekolah tentang perilaku menggoda dirinya selama pertemuan individu. Dia sering menyapa siswa dengan kehangatan yang luar biasa dan perhatian jelas atas kesejahteraan mereka, yang menyebabkan beberapa untuk menemukannya menarik dan menarik pada awalnya, namun mereka selalu menjadi kecewa ketika mereka menyadari betapa dangkal dia. Untuk rekan-rekannya, ia menyombongkan prestasi kecil seolah-olah mereka adalah kemenangan besar, namun jika dia gagal untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dia merajuk dan terurai menjadi air mata.

Dia begitu putus asa untuk persetujuan orang lain bahwa dia akan mengubah ceritanya sesuai dengan siapa dia berbicara pada saat itu. Karena dia selalu menciptakan krisis dan tidak pernah membalasnya perhatian orang lain, orang telah menjadi kebal dan tidak responsif terhadap permintaan nya sering untuk meminta bantuan dan perhatian.

Source