Zaman dahulu, penduduk Indian di Amerika hidup terpisah. Mereka
menempati suatu area yang dikhususkan hanya untuk suku Indian saja.
Suatu hari, kepala suku Indian tersebut pergi ke kota untuk menemui
sahabatnya.
Tiba di sana ia disambut ramah sahabatnya dan langsung dijamu makan
malam. Ketika sedang asyik menyantap makanannya, tiba-tiba si Indian
berkata, “Aku mendengar suara jangkrik. Di sudut ruangan ini pasti ada
seekor jangkrik.”
Mendengar itu, sahabatnya langsung tertawa, “Mana ada jangkrik di
tempat ini? Kawan, semua jangkrik dan serangga lainnya sudah dibasmi di
kota ini.”
“Aku tidak berbohong, aku sangat jelas mendengar suaranya. Di
tempatku aku terbiasa mendengar suara kicau burung, katak, jangkrik, dan
desis ular. Oleh karena itu telingaku jadi sangat peka.”
“Baiklah kalau kata-katamu itu memang benar, buktikan kepadaku,” kata sang Sahabat.
Kemudian si Indian bangkit dari tempat duduknya, berjalan
mengendap-endap mulai mencari asal suara jangkrik. Ia menempelkan
telinganya ke lantai, berusaha mendengarkan lebih teliti. Kemudian
sampailah ia di dekat sebuah lemari dan memasukkan tangannya ke bawah
lemari tersebut. Dan hap…! Seekor jangkrik sudah berada di genggamannya.
“Lihat ini! Aku tidak berbohong, kan,” kata si Indian.
“Kau memang hebat! Pendengaranmu tajam sekali!” Kemudian mereka melanjutkan makan malam mereka.
Sepuluh menit kemudian, anak pemilik rumah itu pulang. Setelah menyapa si Indian, ia langsung cepat-celat naik ke lantai dua. Karena terburu-buru, sebuah uang koin jatuh dari sakunya ke karpet yang mengalasi anak tangga. “Aku mendengar ada koin yang jatuh,” kata si ayah.
“Aku tidak mendengar suara apa-apa. Mungkin kau hanya mengada-ada saja. Kau pasti ingin meniruku agar dikatakan mempunyai pendengaran yang sangat peka,” kata si Indian.
“Aku tidak mengada-ada. Tadi aku mendengar dengan jelas kalau ada sebuah koin jatuh dari anak tangga,” katanya.
“Baiklah kalau begitu, kita cari saja. Aku ingin lihat apakah kau benar-benar memiliki pendengaran yang peka juga.”
Mereka pun bangkit dari kursi masing-masing, berjalan mendekati anak tangga. Dan benar saja, belum ada lima menit, si pemilik rumah itu sudah menemukan sebuah koin di anak tangga bagian bawah.
“Lihat, aku menemukannya! Aku tidak mengada-ada, bukan?” Si Indian hanya tertawa.
Tahukah Anda apa makna dari cerita tersebut? Ya, kita mendengar
sesuatu yang hanya kita anggap penting. Karena si Indian menganggap
bahwa suara jangkrik, kicau burung, mata angin, dan sebagainya begitu
penting untuk menunjukkan jalan dan cuaca, maka ia begitu peka dengan
suara tersebut. Ia tidak mendengar suara koin yang jatuh karena tidak
atau kurang fokus pada uang.
Mungkin di tempatnya uang bukanlah sesuatu yang sangat penting karena
mereka masih menggunakan sistem barter. Berbeda halnya dengan si pemilik
rumah.
Baginya uang adalah segala-galanya sehingga ia sangat peka bahkan mendengar bunyi logam saat koin itu jatuh di karpet sekalipun. Baginya jangkrik dan suara binatang lainnya hanyalah sesuatu yang sepele sehingga ia tidak pemah memperhatikannya dengan saksama.
Baginya uang adalah segala-galanya sehingga ia sangat peka bahkan mendengar bunyi logam saat koin itu jatuh di karpet sekalipun. Baginya jangkrik dan suara binatang lainnya hanyalah sesuatu yang sepele sehingga ia tidak pemah memperhatikannya dengan saksama.
Kadang kita pun hanya mau mendengarkan orang yang kita anggap penting
saja: orang tua, atasan, dan orang yang lebih senior dari kita.
Perkataan teman sebaya atau orang yang lebih muda kurang kita
perhatikan, sampai kita menyadari bahwa semua orang sebenarnya penting
dan akan membawa kita lebih dekat kepada kesuksesan dan kebahagiaan.
Mulai hari ini, kita belajar untuk mendengarkan semua orang, muda atau tua, dan tidak menyepelekannya. Perkataan dan informasi yang mereka berikan pasti akan berguna bagi kelangsungan masa depan kita. Mari kita belajar peka dan lebih teliti dalam mendengar ucapan seseorang. Setelah itu lihatlah apa yang akan terjadi.
Source