Monday, July 15, 2013

Suriname, Negara Etnis Jawa

bendera suriname 300x203 Suriname, Negara Etnis Jawa: Fakta, Sejarah & Informasi Lain

Suriname adalah sebuah negara kecil di Amerika Selatan bagian utara.
Negara ini memiliki luas 163.800 km persegi dan berbatasan dengan Brasil, Guyana Prancis, Guyana, dan Samudra Atlantik.



Suriname pertama kali ditinggali sekitar tahun 3000 SM, oleh sejumlah suku asli Amerika, terutama orang Karibia dan Arawak. Kontak pertama dengan Eropa terjadi sekitar abad ke-16 dengan orang Belanda. Orang Belanda melakukan perdagangan dengan penduduk lokal meksipun tidak bertahan lama.

Pada abad ke-17, Inggris berusaha mengkolonisasi daerah tersebut dan mencapai penyelesaian semi permanen berdasarkan tanaman gula. Belanda akhirnya menyerang wilayah tersebut pada akhir abad ke-17, berhasil menguasainya dan tetap bertahan hingga kemerdekaan Suriname.

Pada pertengahan 1950-an, Suriname diberikan otonomi relatif oleh Belanda. Berbagai faksi politik terus memperjuangkan kemerdekaan yang akhirnya dicapai pada tahun 1975.


Selama beberapa tahun pertama, negara ini dijalankan secara demokratis, sampai serangkaian kudeta militer pada tahun 1980, yang menempatkan Suriname pada pemerintahan diktator.

Ketika pemerintah dikatator membunuh sejumlah orang dari oposisi politik, Belanda dan Amerika membalas dengan menghentikan semua bantuan asing. Akhirnya pada tahun 1985, pemerintahan mulai dijalankan secara demokratis lagi hingga sekarang.

Suriname memiliki budaya beragam meskipun merupakan negara merdeka terkecil di Amerika Selatan. Kelompok etnis mayoritas di Suriname, secara mengejutkan, berasal dari India Timur. Mereka bisa sampai ke Suriname karena didatangkan selama abad ke-19 sebagai sumber tenaga kerja murah setelah penghapusan perbudakan. Keturunan budak Afrika Barat merupakan kelompok etnis terbesar kedua di Suriname.

Orang Jawa, yang juga didatangkan ke wilayah Suriname selama penjajahan Belanda, merupakan kelompok etnis terbesar ketiga. Sedangkan Maroon, sebuah kelompok yang terdiri dari keturunan budak Afrika Barat yang berhasil melarikan diri ke pedalaman, membentuk kelompok etnis terbesar keempat.

Sebagian keturunan mereka ada yang tinggal di Belanda. Sampai sekarang, mereka tetap menuturkan bahasa Jawa. Sejarah Adanya orang Jawa di Suriname ini tak dapat dilepaskan dari adanya perkebunan-perkebunan yang dibuka di sana. Karena tak diperbolehkannya perbudakan di sana, dan orang-orang keturunan Afrika dibebaskan dari perbudakan. Di akhir 1800- an Belanda mulai mendatangkan para kuli kontrak asal Jawa, India dan Tiongkok.
Orang Jawa awalnya ditempatkan di Suriname tahun 1880-an dan dipekerjakan di perkebunan gula dan kayu yang banyak di daerah Suriname.

Orang Jawa tiba di Suriname dengan banyak cara, namun banyak yang dipaksa atau diculik dari desa-desa. Tak hanya orang Jawa yang dibawa, namun juga ada orang-orang Madura, Sunda, Batak, dan daerah lain yang keturunannya menjadi orang Jawa semua di sana. Orang Jawa menyebar di Suriname, sehingga ada desa bernama Tamanredjo dan Tamansari. Ada pula yang berkumpul di Mariƫnburg.

Orang Jawa Suriname sesungguhnya tetap ada kerabat di Tanah Jawa walau hidupnya jauh terpisah samudra, itu sebabnya bahasa Jawa tetap lestari di daerah Suriname. Mengetahui Indonesia sudah 'merdeka', banyak orang Jawa yang berpunya kembali ke Indonesia.

Setelah Suriname merdeka dari Belanda, orang-orang yang termasuk orang Jawa diberi pilihan, tetap di Suriname atau ikut pindah ke Belanda. Banyak orang Jawa akhirnya pindah ke Belanda, dan lainnya tetap di Suriname.
 
Rata- rata orang Jawa Suriname ber agama Islam, walau ada sedikit yang beragama lain. Yang unik dari orang Jawa Suriname ini, dilarang menikah dengan anak cucu orang sekapal atau satu kerabat. Jadi orang sekapal yang dibawa ke Suriname itu sudah dianggap bersaudara dan anak cucunya dilarang saling menikah.

Penduduk asli Arawak, Karibia, Wayana, dan Trio, hanya berkontribusi sekitar 1% -3% dari populasi. Bagian pedalaman negara ini masih cukup asli, dengan banyak peninggalan Maroon sebagai bukti perjuangan mereka semasa kolonial dan pasca-kolonial sampai tahun 1992.

Flora yang eksotis, berbagai air terjun, serta perjalanan ke wilayah hutan merupakan salah satu aktraksi bagi wisatawan.Di kota-kota besar, bukti peninggalan kolonial Belanda masih terlihat dari arsitektur yang menakjubkan.