Pria dan wanita bak dua medan magnet
yang berlawanan, tak pernah menyatu, selalu ada saja “irisan” yang
melerai keduanya. Tapi, tunggu dulu... bukankah memang begitu dinamika
berpasangan? Dua insan yang beda dipertemukan untuk saling melengkapi.
Menjalin hubungan asmara hanya awalnya saja terasa manis dan indah, setelah sekian lama bersama, baru muncul sifat lain pasangan yang membuat Anda kerap jengkel. Seiring waktu, perlakuan romantis si dia yang dulu sering membuat Anda tersenyum, beralih kepada rasa kesal dan perselisihan yang hilang timbul.
Kalau wanita sering dibuat kesal oleh pria yang gemar ngaret dan cuek, maka pria paling sebal dengan sifat wanita yang jika marah langsung diam seribu bahasa.
Menjembatani dua sifat yang berlawanan ini menjadi tantangan tersendiri bagi sejumlah pasangan yang tengah merajut cinta, kompromi jelas sangat dibutuhkan dari kedua belah pihak, tujuannya supaya bisa menerima kekurangan dan kelebihan pasangan dengan tulus.
Dikutip dari The Telegraph, Dr Petra Boynton, Pakar Seks dan Pernikahan, mengatakan bahwa pria sebenarnya tahu maksud dari kebiasaan wanita yang sudah sangat lazim ini. Media dan buku ramai memaparkan bahwa sikap mendiamkan adalah bentuk perilaku pasif-agresif, yang merefleksikan minta perhatian lebih dari pasangannya.
Aksi diam seribu bahasa atau yang dikenal dengan sebutan silent treatment, dijabarkan oleh Dr. Steve David, Clinical Psychologist di Los Angeles dan Assistant Clinical Professor di University of California sebagai tindakan manipulatif, memainkan perasaan orang lain dan dapat merusak diri sendiri. Jika dalam sebuah hubungan terdapat pasangan yang sering melakukan hal ini, sudah pasti tidak akan berhasil dan langgeng.
Lebih lanjut, Dr Petra menjelaskan mengapa pria tidak menyukai silent treatment dari kekasihnya adalah karena, pada dasarnya pria adalah makhluk yang dipengaruhi oleh reaksi yang nyata, jelas dan masuk akal. Ketika mereka dihadapkan pada sesuatu yang sifatnya “abu-abu”, secara otomatis mereka akan menanggapinya dengan sikap acuh tak acuh, karena dianggap bukan sebagai sesuatu yang prioritas sampai adanya kejelasan.
Jadi kesimpulannya, apabila Anda mendiamkan si dia dengan alasan sudah kehabisan kata-kata, kemungkinan besar dia akan berpikir kesalahannya masih ringan dan Anda sudah memaafkan. Meskipun ekspresi dan nada bicara, sudah sangat jelas menandakan kalau Anda masih marah, pria tak akan mengerti sampai Anda benar-benar mengatakannya!
Sumber :the telegraph