Para ahli arkelogi dari Ordo Fransiskan berhasil menemukan sebuah ukiran yang bertuliskan XE MAPIA di bawah gedung Sinagoga Nasaret, tempat dimana dulu Yesus membacakan Kitab Yesaya (Lukas, 4:17).
Dalam penggalian di area sekitar situs Annunciation, arkeolog dari ordo Fransiskan bukan hanya menemukan berbagai monument berbeda yang dibangun di atas altar atau makam, tapi juga memperoleh izin istimewa untuk memeriksa dengan seksama bukti penghormatan yang berkesinambungan yang dihargai oleh kaum Kristen. Tulisan XE Mapia merupakan peninggalan ukiran tertua dari jenis serupa yang diketahui.
Seperti yang terungkap dalam situs milik Ordo Fransiskan, penggalian-penggalian ini bukan hanya membuka kekudusan tempat itu tapi juga sisa-sisa pemukiman di Nazareth dengan silo (gudang makanan hewan), tempat penampungan air, maupun pemukiman-pemukiman di gua. Tak ada konstruksi bangunan yang berhasil bertahan melawan kekuatan sang waktu.
Di sekitar gua para arkeolog telusuri sejarah tempat itu. Setelah memindahkan gereja yang dibangun biarawan Fransiskan pada tahun 1730 para arkeolog membuka keseluruhan peninggalan luar biasa dari basilika para penjelajah abad pertengahan ini. Gereja Annunciata berdiri pada bagian terselatan dari ujung pemukiman lama.
Seperti yang terungkap dalam situs milik Ordo Fransiskan, penggalian-penggalian ini bukan hanya membuka kekudusan tempat itu tapi juga sisa-sisa pemukiman di Nazareth dengan silo (gudang makanan hewan), tempat penampungan air, maupun pemukiman-pemukiman di gua. Tak ada konstruksi bangunan yang berhasil bertahan melawan kekuatan sang waktu.
Di sekitar gua para arkeolog telusuri sejarah tempat itu. Setelah memindahkan gereja yang dibangun biarawan Fransiskan pada tahun 1730 para arkeolog membuka keseluruhan peninggalan luar biasa dari basilika para penjelajah abad pertengahan ini. Gereja Annunciata berdiri pada bagian terselatan dari ujung pemukiman lama.
Setelah memeriksa lahan yang digunakan untuk gereja pada tahun 1730, maka gambaran akan gereja Penjelajah ini menjadi lebih jelas. Pada bagian utara gereja para penjelajah membiarkan permukaan berbatu dari gua terletak diantara dua kolom dan membentuk tangga ke atas altar. Penggalian pada tahun 1955 berhasil menemukan denah gereja Byzantin ini. Sama dengan orientasi para penjelajah, denah ini memiliki tiga bagian, dengan sebuah biara di sebelah selatan dan sebuah atrium di sebelah baratnya. Panjang keseluruhannya adalah 40 m. Menggali lebih dalam ke bawah kontruksi zaman Bysantin ini para akeolog Fransiskan menemukan dinding plesteran dengan tanda dan tulisan, yang sudah pasti merupakan bagian dari bangunan sebelumnya di tapak ini.
Sisa-sisa peninggalan yang ditemukan di daerah konstruksi Byzantin membawa para arkeolog Fransiskan memperkirakan bahwa sebelum masa itu umat Kristen sudah membangun tempat pemujaan di tapak ini. Penggalian juga menunjukkan tempat pembaptisan primitif dengan lantai mosaic, serta sebuah tangga dengan tujuh anak tangga yang mengarahkan pengunjung ke bawah, kearah gua. Di sebelah altar, di bagian Baratnya bisa terlihat sebuah gua yang dibuat menjadi tempat devosi.
Gua ini, dikenal sebagai Diakon Conon (diambil dari nama yang tertulis diatas mosaic yang ditemukan disini) memperlihatkan bukan saja graffiti pada tembok tapi juga dinding buatan yang dekoratif. Empat sampai lima lapis semen melapisi dinding ini. Beruntung sekali pada bagian lapisan ketiga para arkeolog menemukan uang logam dari pertengahan abad ke 4 M. Setelah itu lapisan semennya kembali seperti bangunan primitif yang terdapat pada tapak itu, sebelum abad ke 4 M. Dinding dekoratif yang berlapis plesteran semen ini menggunakan gambar bunga dan tanaman yang oleh biarawan Bagatti dan Testa di identifikasikan sebagai penggambaran alegori dari surga, dalam hal ini sehubungan dengan martir tanpa nama yang dikuburkan di tapak ini. Sebuah tulisan besar di dinding, berwarna merah, terbaca:” Tuhan, Kristus, tolong hambamu Valeria…dan berikan kemenangan atas penderitaan…Amin”. Grafiti (gambar) lainnya menjadi saksi devosi Kristen sebelum kehadiran para penjelajah. Salah satunya bertuliskan “ Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, tolonglah Geno dan Elpisius, achille, Elpidius, Paul, Antonis…hamba Yesus”.
Penemuan Istilah Xe Mapia
Seperti yang yang diterjemahkan rekan Maria Vivianti asal Hongkong yang sering nongol di www.wikimu.com dan http://sarera.blogspot.com membantu menerjemahkan tulisan bahasa Inggris tentang penemuan istilah Mapia di bawah gedung Sinagoga tersebut. Para arkeolog Fransiskan itu menulis: “Furthermore, architectural elements and decorations suppose the construction of a "public" building, which the archaeologists identify with a church-synagogue. Among these architectural remains the archaeologists found various graffiti and among them one of special interest. Scratched on the base of a column appeared the greek characters XE MAPIA (read: Ch(air)e Maria). Translated as: "Hail Mary". Recalling the angel's greeting to the Virgin, this inscription is the oldest of its kind known to us. It was written before the Council of Ephesus (431) where devotion to Mary received its first universal impulse. Other graffiti, all jelously conserved at the adjacent museum, confirm the Marian nature of the shrine. One in armenian reads "beautiful girl" (referred to Mary) and another one in greek reads "on the holy site of M(ary) I have writen".
Artinya: elemen arsitektural dan dekorasi yang diperkirakan berasal dari konstruksi bangunan “umum” yang diidentifikasikan oleh arkeolog sebagai gereja Sinagoga. Diantara peninggalan arsitektural ini terdapat berbagai graffiti dan ada satu yang sangat menarik dari antaranya. Tertulis di dasar sebuah kolom dengan huruf Yunani XE MAPIA. Para ahli artikan Salam Maria yang menggambarkan pujian malaikat ketika mengunjungi sang perawan. Tulisan ini merupakan peninggalan tertua dari jenis serupa yang diketahui. Sudah tertulis sebelum Konsili Efesus (431) ketika devosi terhadap Maria pertama kali mendapatkan sambutan secara menyeluruh. Grafiti lainnya tersimpan pada museum tambahan menegaskan pemujaan kepada Maria sebagai dasar dari perndirian altar. Satu tulisan berbahasa Armenia mengatakan “gadis cantik” (mengacu kepada Maria) dan tulisan lain dalam bahasa Yunani berbunyi “di tempat suci Maria saya sudah menulis”.
Namun para ahli masih mencari terus, sebab yang tertulis bukan XE MARIA tapi XE MAPIA. Disebutkan, desain dari struktur primitif (gereja sinagoga) didirikan di atas tapak ini dan juga, puji Tuhan atas desain dari E Alliata OFM dari SBF, kaum Fransiskan bisa mengetahui bagaimana pengikut Tuhan menggariskan kata itu pada dasar kolom.
Masyarakat Byzantine membangun gereja di atas tapak pada busur barat-timur, dengan tiga lorong, dan sebuah teras (atrium). Di selatan ada rumah kecil. Lorong tengah berukuran panajng kurang lebih 19.60 m (luar) dan lebar 8 m. Bangunan ini digunakan dari sejak 6M sampai dengan 12 M, walaupun dengan berbagai kerusakan dan perbaikan di antara waktu in. Dengan kata lain, bangunan ini akhirnya menghilang tatkala para penjelajah menggantikannya dengan struktur lain seperti juga sebelumnya gereja sinagoga ini menggantikan struktur Kristen Yudea yang lebih tua.
Masyarakat Byzantine membangun gereja di atas tapak pada busur barat-timur, dengan tiga lorong, dan sebuah teras (atrium). Di selatan ada rumah kecil. Lorong tengah berukuran panajng kurang lebih 19.60 m (luar) dan lebar 8 m. Bangunan ini digunakan dari sejak 6M sampai dengan 12 M, walaupun dengan berbagai kerusakan dan perbaikan di antara waktu in. Dengan kata lain, bangunan ini akhirnya menghilang tatkala para penjelajah menggantikannya dengan struktur lain seperti juga sebelumnya gereja sinagoga ini menggantikan struktur Kristen Yudea yang lebih tua.
Pendeta Rusia Daniel, yang membuat perjalanan ziarah ke Tanah Suci pada tahun 1106 -1107 menemukan di Nazareth sebuah gereja besar dan tinggi dengan tiga altar. Ini adalah Basilica para penjelajah yang didirikan oleh Tancred, pangeran dari Galilea. Bangunan ini juga dihias dengan indah dan mahal sesuai dengan catatan William dari Tirus (?). Bangunan ini mengikuti garis-garis Byzantin tapi dengan proporsi yang lebih besar. POanajng 76 m dan lebar 30. Lebih besar dari basilika modern, yang kjelas tampajk dari reruntuhannya sudah disesuaikan dengan jenis basilika modern atau mencoba mengikuti polanya.
Untuk mempercantik Basilika ini maka kepala kolom yang sangat indah, seperti yang sudah disebutkan, menjadi popular, bersama dengan berbagai patung yang ditemukan di kota ini. Kepala kolom ini, sebenarnya tidak pernah dipakai di tempatnya, mereka ditemukan dalam keadaan utuh dan indah, terlindungi dari kejamnya waktu dan iklim yang biasanya merusak bangunan monument abad pertengahan lainnya. (Joe)