Kain Kafan Turin (Bhetanews)
|
Selain ilmuwan-ilmuwan Italia, para ilmuwan dari negara lain pun menaruh
perhatian yang besar. Kain kafan Turin telah menjadi salah satu obyek
penelitian ilmiah yang sangat intensif yang pernah dilakukan di antara
sekian banyak peninggalan sejarah lainnya. Pada tahun 1978 terbentuk
kelompok ilmuwan dari Amerika Serikat yang disebut Proyek Penelitian
Kain Kafan Turin.
Dua orang yang terlibat dalam Proyek ini ialah Kenneth Stevenson, seorang insinyur dan bekas perwira angkatan udara, dan Gary Habermas, seorang profesor sejarah dan filsafat. Mereka menjelajahi seluruh Italia dengan susunan terbaik dari alat uji-coba non-destruktif yang mungkin dapat mereka adakan.
Mereka mengadakan segalanya dari sinar merah infra sampai pada x-ray. Mereka mempergunakan spektroskopi, cermin sinar merah infra, sinar ultraviolet, x-ray standar, sinar x-ray pokoknya apa saja yang dapat dipikirkan dipakai untuk menenun kapas; bekas-bekas kapas terdapat pada serat-serat lenan yang diselidikinya. Dan diketahui bahwa kapas sudah terdapat di Timur Tengah sejak abad 7 sebelum Masehi dan tidak ditanam di Eropa. Jadi penemuan-penemuan kedua orang ilmuwan itu membuktikan bahwa Kain kafan Turin ditenun di Timur Tengah dan sudah diproduksi 2000 tahun yang lalu, dan bahwa Kain kafan Turin itu pernah berada di Palestina, di Turki dan di kawasan Laut Tengah.
Dua orang yang terlibat dalam Proyek ini ialah Kenneth Stevenson, seorang insinyur dan bekas perwira angkatan udara, dan Gary Habermas, seorang profesor sejarah dan filsafat. Mereka menjelajahi seluruh Italia dengan susunan terbaik dari alat uji-coba non-destruktif yang mungkin dapat mereka adakan.
Mereka mengadakan segalanya dari sinar merah infra sampai pada x-ray. Mereka mempergunakan spektroskopi, cermin sinar merah infra, sinar ultraviolet, x-ray standar, sinar x-ray pokoknya apa saja yang dapat dipikirkan dipakai untuk menenun kapas; bekas-bekas kapas terdapat pada serat-serat lenan yang diselidikinya. Dan diketahui bahwa kapas sudah terdapat di Timur Tengah sejak abad 7 sebelum Masehi dan tidak ditanam di Eropa. Jadi penemuan-penemuan kedua orang ilmuwan itu membuktikan bahwa Kain kafan Turin ditenun di Timur Tengah dan sudah diproduksi 2000 tahun yang lalu, dan bahwa Kain kafan Turin itu pernah berada di Palestina, di Turki dan di kawasan Laut Tengah.
Atas perintah dari Paus Johannes Paulus II kain kafan yang disimpan di
kota Torino di Italia Utara diselidiki secara ilmiah dengan
test-Carbon-14.
Test-Carbon-14 itu adalah cara yang baik untuk menentukan umur dari
barang purbakala. Metode itu sudah lama dikenal, tetapi baru sekarang
ini dapat dilakukan dengan contoh kain yang kecil (kurang dari satu
centimeter persegi).
Test dilakukan oleh tiga Universitas (satu di Amerika, satu di Inggris
dan satu di Swis). Penyelidikan dikoordinasi oleh Direktur dari British
Museum, Dr. Tite.
Pada bulan Oktober 1988 diumumkan hasilnya: Kain kafan di Torino berasal
dari abad 14, Dengan demikian sudah terbukti bahwa kain kafan Torino
bukan kain kafan Yesus, yang disebut dalam Injil Yohanes.
PENIPUAN OLEH BRITISH MUSEUM?
Akan tetapi Dr. Bruno Bonnet-Eymard dalam majalah bulanan Perancis 'La
Contre-reforme catholique' menuduh Dr. Tite melakukan penipuan. Pada
waktu potongan dari kain kafan akan dikirim ke Universitas yang akan
menyelidiki kain itu, Dr. Tite menukar potongan kain kafan dengan
potongan kain lain yang diambil dari Korkap Santo Louis, Uskup dari
Anjou pada abad ke-14.
PETISI KEPADA SANTO BAPA
Sekarang sudah ada banyak petisi kepada Santo Bapa di Roma, supaya
test-Carbon-14 diulang dengan penjagaan lebih ketat, supaya jangan ada
penipuan lagi.
Pada bulan Mei 1989 akan diadakan simposium di kota Bologna, Italia,
sebagai persiapan Kongres Internasional kelima, yang akan diadakan di
Cagliari, Italia pada bulan April 1990.
Harapan besar mereka akan mohon izin dari Santo Bapa untuk mengulang test-Carbon-14.
PENYELIDIKAN BARU:
KAIN KAFAN DIBUAT DALAM ABAD KEDUA SEBELUM MASEHI!
Pada tahun 1973 Prof. Gilbert Raes dari Universitas Gent di Belgium
telah membuat penyelidikan-tekstil sepotong dari kain kafan. Prof. Raes
membuktikan bahwa benang dari kain kafan dipintal dengan tangan. Pada
akhir abad ke-11 di Eropa Barat sudah memakai roda pemintal, sehingga
penyelidikan dari British Museum tidak cocok. Prof. Raes masih menyimpan
sepotong dari kain kafan itu. Potongan itu dikirim ke Universitas di
California (Amerika Serikat) untuk diselidiki dengan test-Carbon-14.
Hasilnya bahwa kain kafan itu dibuat lebih kurang 200 tahun sebelum
Yesus lahir. Yosef dari Arimatea yang sudah mempunyai kuburan dekat
Kalvari, mungkin juga sudah mempunyai kain kafan yang mahal dan tua.
Darah merembesi serat2 kain
HASIL PENYELIDIKAN TEAM AMERIKA PADA TAHUN 1976
Pada tahun 1976 team dari Amerika menyelidiki kain kafan.
Hasil penyelidikan mereka dipelajari di Amerika oleh lebih dari 400
orang ahli sains. Mereka semua berpendapat, bahwa kain kafan bukan
penipuan.
Flagrum (cambuk) dan sepotong kain kafan dengan tanda dua pasang luka cambuk
Gambar pada kain kafan sungguh cetakan dari jenasah seorang yang disiksa
seperti diceriterakan dalam Injil, bukan lukisan. Tidak ketemu zat
warna atau bahan kimia lain, yang diperlukan untuk melukis.
Gambar punggung dengan lebih dari 120 luka cambuk (flagrum taxillatum)
Diperiksa dengan microscope tidak ketemu kesalahan anatomis.
Padahal ilmu anatomi yang tepat baru berumur 150 tahun.
Gambar tangan dengan empat jari, kedua ibujari tertekuk ke dalam
Gambar adalah negatif, sedangkan fotografi baru dikenal dalam abad ke-19.
Gambar mempunyai sifat tiga dimensi. Komputer dan alat foto untuk
menyelidiki tiga dimensi adalah alat mutakhir (tahun 70-an) yang dipakai
oleh NASA untuk menyelidiki permukaan bulan.
Tangan dipaku pada Rongga Destot tempat urat syaraf median
Luka pada tangan Yesus ditemukan pada pergelangan tangan, bukan
ditengah-tengah tangan seperti lukisan-lukisan dari abad pertengahan.
Gambar luka ditikam tombak; darah mengalir ke bawah; bagian yang terang pada noda adalah terpisahnya serum dengan darah.
Luka pada lambung Yesus ditemukan disebelah kanan bawah, bukan kiri atas seperli patung salib biasa.
BAGAIMANA BISA SAMPAI DI TURIN?
Kain kafan Turin dipercayai sebagai kain kafan yang dipakai oleh para
murid-Nya untuk membungkus jenazah Yesus waktu dimakamkan, seperti
dikisahkan oleh semua penginjil.
"Mereka menurunkan tubuh Yesus, lalu dikafaninya dengan kain halus
sambil membubuh rempah-rempah wangi, semuanya menurut adat Yahudi
menguburkan orang mati." (Yoh 1 9 :40)
Bagaimana sejarahnya maka Kain kafan itu sekarang disimpan di kota Turin di Italia Utara?
Pada waktu Yesus bangkit dari antara orang mati, Kain kafan ditinggal di
dalam makam. Yohanes memberi kesaksian dalam injilnya: "Ia (Yohanes)
menjenguk ke dalam dan dilihatnya kain kafan terletak di situ." Sesudah
itu tidak disinggung tentang Kain kafan. Dapat dipastikan, para rasul
dan para murid membawa Kain kafan suci ke Yerusalem dan menyimpan serta
menghormatinya di sana. Tetapi sebelum tahun 348 (jadi selama tiga abad
lebih) tidak adalah berita-berita tentang Kain kafan itu. Dapat kita
maklumi keadaan ini, sebab selama waktu itu orang-orang kristiani sedang
dikejar-kejar, dianiaya, dan bila tertangkap, dibunuh. Orang-orang
kristiani bersembunyi, menjalankan ibadat-ibadat secara
sembunyi-sembunyi, dan menyembunyikan semua barang dan orang yang
bersangkut paut dengan iman mereka, termasuk Kain kafan Yesus.
Baru sesudah Konstantinus naik takhta sebagai Kaisar Roma dan bertobat
menjadi kristiani, (313), maka agama kristiani dapat berkembang dengan
bebas dan orang-orang kristiani dapat menjalankan ibadat-ibadat mereka
dengan leluasa. Pada tahun 348 St. Sirilus, uskup Yerusalem, membuktikan
kebangkitan Yesus dengan menunjukkan kepada umatnya Kain kafan Yesus.
Pada tahun 670 uskup Arkulfus dari Britani Perancis menulis dalam buku
hariannya tentang ziarahnya ke Yerusalem; ia mencatat bahwa ia melihat,
mencium dan mengukur panjang Kain kafan itu.
Atas perintah dari Paus Johannes Paulus II kain kafan yang disimpan di kota Torino di Italia Utara diselidiki secara ilmiah dengan test-Carbon-14. |
Pada tahun 1005 Yerusalem diserang dan diduduki oleh orang-orang Turki
(Islam). Orang-orang kristiani melarikan diri ke Konstantinopel
(Istambul sekarang); harta Gereja dan barang-barang suci yang sangat
berharga mereka bawa serta, termasuk Kain kafan Yesus. Pada tahun 1147
raja Louis VII dari Perancis datang ke Konstantinopel dan menghormati
Kain kafan.
Konstantinopel pun tidak luput dari serbuan orang-orang Turki.
Berkali-kali Konstantinopel menjadi rebutan antara raja-raja kristiani
dan raja-raja Islam. Relikui-relikui suci ada yang hilang. Tetapi Kain
kafan masih tetap aman dan utuh. Para peziarah tetap berdatangan ke
Konstantinopel untuk menghormati Kain kafan Yesus. Dalam salah satu buku
harian para peziarah itu disebutkan bahwa tiap-tiap hari Jumat Kain
kafan itu diperlihatkan kepada khalayak umum yang ingin menghormatinya.
Tetapi Konstantinopel terus menerus saja menjadi bulan-bulanan serangan
orang-orang Turki.
Keamanannya kurang terjamin. Maka selama Perang-perang Salib berikutnya diamankanlah barang-barang suci dari Konstantinopel.
Pada tahun 1353 Kain kafan diketahui berada di keluarga Geoffrey de
Charny dari Perancis, di kota Lirey. Pada tahun 1357 keluarga bangsawan
yang miskin di daerah Perancis Tengah itu memamerkan kain itu dalam
gereja setempat mereka.
Keluarga yang berharap menarik perhatian para peziarah dan sumbangan
mereka mengatakan bahwa kain itu adalah Kain kafan yang dipakai pada
pemakaman Yesus Kristus.
Uskup setempat segera memerintahkan supaya pameran itu ditutup. Pada
waktu itu barang peninggalan merupakan usaha dagang yang menguntungkan,
dan pemalsuan pun sudah menjadi hal yang biasa. Sangat tidak mungkin
bahwa sebuah keluarga yang tidak dikenal memiliki Kain kafan asli dari
Yesus.
Pada tahun 1452 Kain kafan itu dipertukarkan dengan sebuah puri dan
tanah yang mengelilinginya. Pemiliknya sekarang adalah Pangeran Louis
Savoie. Kain kafan dipindah dari Lirey ke Chambery. Dan di tempat ini
dibangun sebuah kapel yang indah untuk Kain kafan itu. Kain kafan
disimpan dalam sebuah peti perak, dilipat rapi. Pada tahun 1532 terjadi
kebakaran di sakristi kapel itu. Sebagian tutup peti perak itu terbakar.
Lelehan perak menjatuhi Kain kafan dan menghanguskan
lipatan-lipatannya. Pada tahun 1534 suster-suster Klaris dari Chambery
diberi tugas memperbaiki Kain kafan itu.
Pada tahun 1578 Emmanuele Filibert II, Raja Savoie, memindahkan Kain
kafan ke Turin, untuk memperpendek perjalanan Karolus Borromeus, Uskup
Agung Milan, yang ingin menghormati Kain kafan karena Milan telah
dijauhkan dari suatu bencana. Di Turin Kain kafan mula-mula disimpan di
gereja St. Laurensius, di dalam kapel Bunda Berdukacita.
Pada tahun 1649 Kain kafan dipindahkan ke kapel yang dirancang dan dibangun oleh Guarino Guarini di dekat Katedral Turin.
Dalam Perang Dunia II Kain kafan sempat diamankan ke kota Napels. Tetapi
pada tahun 1946 Kain kafan dibawa kembali ke Turin dan disimpan di sana
hingga sekarang. Secara yuridis Kain kafan tetap menjadi milik keluarga
Savoie. Namun ada tiga instansi yang memegang kuncinya, yaitu keturunan
keluarga Savoie sendiri, Uskup Agung Turin, dan Pemerintah di Turin.
PENELITIAN KAIN KAFAN
Pertanyaan-pertanyaan yang timbul tentang Kain kafan Turin itu telah
menciptakan ilmu pengetahuan baru, yang disebut sindonologi. (Sandon,
bhs. Latin, berarti: kain kafan.)
Pertanyaan-pertanyaan itu mengenai:
1. Keaslian (autentisitas) Kain kafan:
Apakah Kain kafan Turin itu benar-benar kain lenan yang dibeli oleh Yusuf Arimatea untuk membungkus (mengafani) tubuh Yesus?
2. Keaslian (kesungguhan) gambar pada Kain kafan:
Apakah gambar yang tertera pada Kain kafan itu sungguh-sungguh bekas
darah yang mengalir dari luka-luka? Mungkinkah itu hanya hasil lukisan
seorang seniman, suatu tiruan dari abad 14 atau sebelumnya?
3. Bagaimana gambar itu sampai tertera pada Kain kafan?
Bagaimana darah-darah yang meliputi tubuh penuh luka itu membekas
(mengecap) pada Kain kafan, sehingga timbullah perwujudan manusia Kain
kafan itu?
Penelitian Kain kafan bermula dengan pembuatan foto Kain kafan itu pada
tahun 1898 oleh Secondo Pia. Sambil mengikuti pameran umum yang jarang
dibuat untuk Kain kafan Turin, Secondo Pia, seorang fotografer Italia,
diijinkan untuk mengambil foto dari peninggalan itu. Ketika memperbesar
negatifnya, Secondo terkejut karena menemukan gambar positif dari wajah
pada Kain kafan itu, sebuah gambar yang jauh lebih jelas bagaikan hidup
daripada kalau Kain kafan dilihat dengan mata telanjang. Ini adalah
penemuan pertama bahwa gambar pada Kain kafan itu menyerupai negatif
fotografis -- semacam gambar yang tidak dapat dipahami oleh pemalsu abad
pertengahan.
Pada tahun 1900 seorang seniman Perancis dan ahli biologi, Paul Vignon,
berusaha menemukan bagaimana terjadi gambar pada Kain kafan Turin itu.
Ia menetapkan bahwa itu bukanlah lukisan atau celupan dan menyatakan
bahwa bagaimanapun juga gambar itu diproyeksikan ke dalam Kain kafan
oleh sebuah tubuh manusia.
Pada tahun 1931 seseorang bernama Joseph Enrie membuat foto lagi atas Kain kafan dengan hasil yang lebih jelas dan lengkap.
Pada tahun 1969 Uskup Agung Turin, Kardinal Pellegrino, membentuk suatu
komisi penelitian untuk mempelajari lebih mendalam lagi tentang Kain
kafan. Seseorang bernama Giovanni Battista Judica-Cordiglia membuat foto
baru Kain kafan dengan teknik-teknik fotografi yang lebih maju. Pada
tahun 1973 tanggal 22 dan 23 November, Kain kafan dipertunjukkan di
layar televisi untuk pertama kalinya. Monsignor Giulio Ricci membuat
foto-foto dari Kain kafan untuk meneruskan penyelidikan-penyelidikannya.
Dan komisi baru dibentuk pula untuk penelitian-penelitian lebih lanjut.
Monsignor Giulio Ricci mengabdikan diri kepada penelitian Kain kafan itu
sejak tahun 1950. Ia mempelajari bekas-bekas pada Kain kafan satu demi
satu, menganalisis sifat dan morfologinya (bentuk dan susunannya), dan
menyelidiki arah-arah aliran darah, sudut-sudut, keteraturan dan
ketidakteraturannya. Ia mendasarkan penelitian-penelitiannya atas semua
ilmu pengetahuan modern dengan dibantu oleh ilmuwan-ilmuwan dari Italia
dan negara-negara lainnya. Pada tahun 1976 ia terpilih menjadi presiden
Centro Romano di Sindonologia (Pusat Sindonologi Roma). Ia juga menjadi
anggota Pusat Internasional Sindonologi di Turin. Dewasa ini ia
dipandang sebagai seorang ahli terkemuka tentang Kain kafan.
Yang tidak dapat diragu-ragukan lagi tentang Kain kafan Turin ialah
bahwa Kain kafan itu dahulu dipakai untuk membungkus Seorang Manusia;
bahwa Manusia itu membekas pada Kain kafan itu; dan bahwa bekas-bekas
pada Kain kafan itu bekas-bekas darah yang mengalir dari luka-luka
Manusia itu.
Sifat luka-luka Manusia itu juga sudah diselidiki secara anatomis dan
patologis dan menambah kepastian bahwa bekas-bekas itu sungguh-sungguh
bekas-bekas darah, bukan tiruan atau buatan tangan manusia/seniman abad
14.
Seandainya bekas-bekas itu tiruan atau buatan belaka, bagaimana mungkin
bekas-bekas itu dapat dilukis demikian cermatnya sampai hal yang
sekecil-kecilnya dan tak satu kejanggalan pun yang dapat dikenali oleh
ilmuwan-ilmuwan kedokteran dewasa ini. Mungkinkah seniman abad 14 akan
mempunyai ilmu pengetahuan kedokteran abad 20? Karena pertimbangan itu
semua maka para ahli anatomi dan patologi berkesimpulan bahwa gambar
yang membekas pada Kain kafan Turin itu bukanlah tiruan atau buah karya
seniman abad 14.
Apakah Manusia yang terbungkus Kain kafan Turin benar-benar Yesus
sendiri? Hal ini kiranya juga tidak diragu-ragukan lagi. Penelitian
terhadap bekas-bekas darah yang ada pada Kain kafan Turin mengungkapkan
bahwa Manusia Kain kafan itu telah mengalami lima tahap penderitaan:
penderaan, pemahkotaan duri, pemanggulan salib, penyaliban di atas bukit
Kalpari, dan penusukan lambung dengan tombak. Dari historiografi
(penulisan sejarah) tak dapat diketemukan orang lain yang telah
menjalani kelima tahap penderitaan itu, kecuali orang yang disebut
"Yesus Kristus" dalam kisah sengsara menurut Matius, Markus, Lukas dan
Yohanes.
Gary Habermas menguatkan hal ini. Ia berkata, "Sejarah dan arkeologi
memberikan kerangka umum tentang apakah itu penyaliban. Dan kita tahu
dari cerita Injil tentang sejumlah hal yang telah diperbuat terhadap
Yesus yang bukan merupakan prosedur biasa dalam penyaliban. Hal-hal itu
seperti misalnya: bahwa Ia dimahkotai duri, bahwa kaki-Nya tidak
dipatahkan, bahwa Ia ditikam di lambung setelah Ia meninggal dan
keluarlah darah dan air. Juga tidak lazim bagi seorang penjahat yang
tersalib mendapatkan penguburan pribadi dengan pakaian lenan yang mahal.
Para ahli kedokteran yang telah meneliti Kain kafan berkata bahwa hal
ini dengan tepat menunjukkan hal-hal sebagai berikut: seorang yang
dimahkotai dengan duri, yang kakinya tidak dipatahkan, yang ditikam di
lambung dengan senjata ukuran seorang serdadu Roma, dengan darah dan air
tercurah dari lukanya setelah kematian. Dan ia juga dikuburkan
tersendiri dalam pakaian lenan yang mahal. Bukan hanya semuanya ini
menunjukkan kesamaan tetapi juga tidak adanya titik perbedaan. Jika
mereka adalah orang-orang yang berlainan, anda dapat berharap menemukan
sekurang-kurangnya satu detail yang tidak cocok. Tetapi sekali lagi,
tidak ada titik perbedaan.
Selain itu, Proyek Penelitian Kain Kafan Turin juga mengungkapkan bahwa
sekurang-kurangnya terdapat empat petunjuk pada Kain kafan tentang
kebangkitan orang yang terbungkus di dalamnya.
Pertama, tidak terdapat pembusukan pada pakaian. Mayat yang terbungkus
di dalamnya selama lebih dari empat hari pastilah akan membusuk dengan
hebatnya. Tetapi kita tidak menemukan suatu tanda tentang hal itu pada
Kain kafan. Jadi orang yang mati di dalamnya telah bangkit, atau sebelum
hari yang keempat telah dipindahkan dari dalamnya. Seandainya mayat
dipindahkan dari dalam bungkusnya, bagaimana kita akan menerangkan
gambar yang terjadi pada kain pembungkus itu? Pada Kain kafan itu kita
menyaksikan bekas lumuran darah yang pekat dan utuh; bekuan darah tidak
retak atau rusak. Anda dapat membayangkan pembalut pada luka: ketika
anda membuka, pembalut itu sedikit melekat pada luka. Kain kafan
dihubungkan secara longgar dengan mayat oleh darah yang mengering. Jika
ada orang melepaskannya, ia akan menghancurkan bekuan darah dan
meretakkan ujung bekas lumuran darah yang kering. Para ahli kedokteran
yang telah mempelajari Kain kafan mengatakan itu tidak terjadi.
Jadi pertama, mayat tidak berada cukup lama dalam Kain kafan untuk membusuk.
Petunjuk kedua, bekas lumuran darah yang utuh mengatakan kepada kita
bahwa mayat itu (tetap) terbungkus; mayat tidak pernah dipindahkan dari
bungkusnya .
Petunjuk ketiga tentang kebangkitan ialah bahwa gambar itu memiliki
ciri-ciri barang hangus. Maka petunjuk ketiga berdasarkan pada teori
bahwa gambar disebabkan oleh suatu penghangusan. Mayat telah
meninggalkan Kain kafan tanpa terbungkus dan pakaian yang hangus dengan
gambar tentang dirinya sendiri. Hal ini memberikan penjelasan adanya
semacam kekuatan enersi yang mungkin menghanguskan Kain kafan itu
kekuatan enersi yang bersinar cemerlang yang telah menjadikan orang mati
dalam bungkus Kain kafan itu bangkit dan hidup kembali dalam kemuliaan
ilahi.
The Real Face of Jesus
Petunjuk keempat adalah sebuah bukti sejarah. Jika Kain kafan menguatkan
cerita Injil tentang kematian Yesus, maka Kain kafan cenderung
menguatkan apa yang dikatakan Injil tentang kebangkitan Yesus.
Jadi gambar pada Kain kafan hanya dapat terjadi, bila orang yang
terbungkus di dalamnya bangkit dari mati penuh cahaya cemerlang.
Tentang bagaimana terjadinya gambar pada Kain kafan itu, penyelidikan
demi penyelidikan sedang berlangsung. Ahli-ahli kimia, biokimia,
pembesaran gambar dan analisis dengan komputer, fisika nuklir, fotografi
bintang, spektroskopi, termo-kimia, mikroanalisis dan selidik-mikro
ion, penentuan tanggal dengan karbon semuanya mencurahkan perhatian
untuk membuka rahasia tentang terjadinya gambar pada Kain kafan itu.
Yang mereka ungkapkan antara lain bahwa gambar itu terjadi melalui
proses pancaran cahaya termonuklir (fotolisis dalam kilatan cahaya
sekejap), atau ledakan sinar yang sangat terang dalam sekilas; bahwa
gambar itu terjadi sebagai akibat campuran wangi-wangian ratus dan
blendok dalam iklim yang lembab; bahwa gambar itu tercipta berkat proses
fibrinolisis (pelunakan darah yang beku karena adanya fibrinolisin
dalam darah atau karena ulah bakteri-bakteri); bahwa gambar itu terjadi
sebagai akibat dari pelbagai reaksi biokimia.
Semoga seluruh dunia tidak lama lagi akan mengetahui lebih banyak
tentang Manusia Kain kafan dan menanggapi dengan cinta dan kerendahan
hati yang mendalam seruan yang tidak kunjung padam-- "Ecce homo!
Lihatlah manusia itu!" (Joe)