RIM
belakangan ini sepertinya terus dilanda dengan berita buruk. Pertama
adalah buruknya penjualan perangkat BlackBerry PlayBook yang kemudian
sepertinya memaksa RIM untuk memotong harga penjualan BlackBerry
PlayBook, strategi yang mirip dengan HP yang beberapa waktu lalu
mendiskon besar-besaran HP TouchPad. Kedua adalah turunnya pemasukan
bersih RIM yang kemudian disusul dengan jatuhnya harga saham RIM. Ketiga
adalah market share RIM yang semakin turun di ranah pasar smartphone, bahkan dikabarkan market share RIM BlackBerry akan berada di posisi satu angka dalam waktu dekat.
Selain berita global tersebut, di Indonesia sendiri hubungan
pemerintah dan RIM semakin tidak harmonis, dan bahkan ada wacana untuk
memasukkan handphone BlackBerry ke kategori barang mewah sehingga
dikenakan pajak yang tinggi. Hal ini terjadi setelah RIM memutuskan
untuk membangun pabrik untuk produksi BlackBerry di Malaysia dan bukan
di Indonesia.
Dengan banyaknya berita buruk tentang RIM serta turunnya performa
RIM, lalu apa yang akan terjadi dengan BlackBerry? Dari opini saya
pribadi, RIM BlackBerry sepertinya akan menyusul nasib Palm dan semakin
sedikit yang menggunakan BlackBerry jika tidak ada perubahan, namun
begitu tidak dalam waktu dekat. Setidaknya untuk saat ini RIM sedikit
tertolong dengan jajaran produk BlackBerry terbaru mereka yang bisa dibilang cukup bagus dan Indonesia saat ini masih menjadi salah satu pelanggan besar mereka.
Mengenai hal ini teman saya berpendapat lain, ia bilang bahwa
operator (di Indonesia) menyukai RIM dengan BlackBerry-nya. Dengan
jumlah pelanggan BlackBery di Indonesia yang semakin besar (berbanding
terbalik dengan apa yang kebanyakan terjadi di negara-negara lain) dan
model subkripsi langganan BlackBerry, ini menjadi salah satu ladang uang
yang menggiurkan untuk para operator dan tentu juga bagi RIM itu
sendiri. Dengan semakin banyaknya pengguna layanan data, operator mau
tidak mau harus fokus ke layanan data juga yang katanya sebetulnya
pemasukan dari layanan data lebih kecil daripada layanan telepon atau
SMS. Oleh karena itu model layanan data BlackBerry lebih menguntungkan
untuk para operator daripada layanan data yang umum.
Kerja sama yang erat antara operator handphone di Indonesia dengan
RIM mungkin bisa mempertahankan posisi BlackBerry di Indonesia walaupun
kabarnya operator kini mulai fokus dengan “ladang” lain selain
BlackBerry. Di luar negeri BlackBerry kian tergerus dengan
pesaing-pesaingnya, untungnya untuk daerah Eropa karena Samsung Galaxy S
2 (yang berbasis Android) di-ban di daerah tersebut handphone BlackBerry Bold 9900 banyak dilirik oleh konsumen di Eropa.
Dengan semakin buruknya performa RIM dan melemahnya posisi
BlackBerry, menarik untuk disimak strategi apa yang akan digunakan RIM
untuk mengembalikan BlackBerry ke kejayaannya.