Kata "tato" berasal dari kata "tatau" dari bahasa Polynesia yang berarti "memberi tanda". Keberadaan tato dalam kebudayaan dunia diperkirakan sudah sangat lama ada dan dapat dijumpai hampir di seluruh penjuru dunia. Tato tertua yang ditemukan pada mumi Mesir diperkirakan berasal dari sekitar tahun 1300 SM. Selain itu sumber lain menyebutkan bahwa tato sudah dikenal sejak 50 juta tahun sebelum masehi, dengan bukti ditemukannya manusia es di pegunungan Alpen dengan sekujur tubuhnya penuh dengan gambar dan titik-titik. Yang pasti, tato pertama kali tercatat oleh peradaban Barat dalam ekspedisi James Cook pada tahun 1769. Ketika itu tato digunakan untuk semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, dan Polynesia.
Pada masyarakat suku-suku kuno tato digunakan untuk menandai orang yang telah melalui tahapan ritual tertentu. Seperti misalnya pada masyarakat Polynesia, tato difungsikan sebagai tanda kedewasaan yang diperuntukkan bagi laki-laki yang diletakkan di bawah pinggang menyerupai celana pendek dan bagi perempuan diletakkan di pergelangan tangan dan kaki. Suku Maori di New Zealand membuat tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan bokong mereka untuk menunjukkan bahwa mereka berasal dari keturunan yang baik. Di Kepulauan Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritual untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Sedangkan, orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu.
Sejarah Tato di Eropa
Orang Eropa ternyata dahulu juga memiliki budaya tato meskipun tujuannya agak berbeda dengan yang dijumpai pada beberapa suku kuno di dunia. Bangsa Yunani kuno contohnya, mereka memakai tato sebagai tanda pengenal dari para anggota badan intelijen mereka alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tato menunjukkan pangkat dari si mata-mata tersebut. Berbeda halnya dengan bangsa Romawi, mereka memakai tato sebagai tanda untuk menunjukkan bahwa seseorang berasal dari golongan budak, selain itu tato juga akan dirajahkan ke setiap tubuh para tahanan. Seiring perkembangan jaman, tato digunakan sebagai tanda pengenal bagi tentara, pelaut, dan penjahat. Pada jaman era perang dunia, tato menjadi tanda pengenal bagi tentara dan pelaut.
Sejarah Tato di Asia
Masyarakat Asia juga memiliki cerita sejarah tentang perjalanan tato tersendiri. Dalam masyarakat Jepang, tato difungsikan sebagai suatu bentuk ritual dan kemudian bergeser fungsi menjadi sebuah tanda keluarga di jaman Shogun Tokugawa. Tato pada masyarakat Jepang saat itu terletak di wajah. Berbeda dengan di Jepang, di Sudan orang-orang Suku Nuer memakai tato untuk menandai ritual kedewasaan pada anak laki-laki mereka. Sedangkan pada masyarakat Mesir kuno, tato difungsikan sebagai suatu tanda untuk menunjukkan bahwa pemakainya adalah seorang bangsawan dan merupakan simbol kecantikan yang diletakkan di alis dan di pergelangan tangan.
Masyarakat Asia juga memiliki cerita sejarah tentang perjalanan tato tersendiri. Dalam masyarakat Jepang, tato difungsikan sebagai suatu bentuk ritual dan kemudian bergeser fungsi menjadi sebuah tanda keluarga di jaman Shogun Tokugawa. Tato pada masyarakat Jepang saat itu terletak di wajah. Berbeda dengan di Jepang, di Sudan orang-orang Suku Nuer memakai tato untuk menandai ritual kedewasaan pada anak laki-laki mereka. Sedangkan pada masyarakat Mesir kuno, tato difungsikan sebagai suatu tanda untuk menunjukkan bahwa pemakainya adalah seorang bangsawan dan merupakan simbol kecantikan yang diletakkan di alis dan di pergelangan tangan.
Tato juga dikenal di China sejak sekitar 4000 tahun yang lalu. Bangsa China kuno memakai tato untuk menandakan bahwa seseorang pernah dipenjara. Selain itu, budaya tato juga terdapat pada beberapa etnis minoritas seperti etnis Drung, Dai, dan Li. Namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang memiliki kebiasaan mentato wajahnya. Riwayat adat-istiadat tato etnis Drung ini muncul sekitar akhir masa dinasti Ming. Ketika itu mereka diserang oleh sekelompok etnis lainnya dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung untuk dijadikan sebagai budak.
Demi menghindari terjadinya pemerkosaan, para wanita tersebut kemudian mentato wajah mereka untuk membuat mereka terlihat kurang menarik. Meskipun kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam keadaan terancam oleh penyerangan dari etnis lainnya, namun mereka masih terus mempertahankan adat-istiadat ini sebagai sebuah lambang kekuatan dan kedewasaan. Para anak gadis dari etnis minoritas Drung akan mentato wajahnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun untuk menunjukkan bahwa mereka telah dewasa.
Sejarah Tato di Indonesia
Di Nusantara, tato juga dikenal terutama di beberapa suku-suku seperti suku dayak dan Mentawai. Pada masyarakat dayak, tato difungsikan sebagai tanda bangsawan yang diletakkan di pergelangan tangan dan kaki dan untuk ritual keagamaan yang diperuntukkan bagi pemangku adat serta dukun yang diletakkan di sekujur tubuh. Disebutkan pula bahwa tato merupakan sebuah simbol yang menunjukkan keahlian khusus. Bahkan ada referensi yang mengatakan bahwa jika seorang suku Dayak berhasil memenggal kepala musuhnya dalam perang maka dia mendapat tato di tangannya yang menunjukkan ia sebagai seorang pejuang dan telah menjadi seorang bangsawan.
Di Nusantara, tato juga dikenal terutama di beberapa suku-suku seperti suku dayak dan Mentawai. Pada masyarakat dayak, tato difungsikan sebagai tanda bangsawan yang diletakkan di pergelangan tangan dan kaki dan untuk ritual keagamaan yang diperuntukkan bagi pemangku adat serta dukun yang diletakkan di sekujur tubuh. Disebutkan pula bahwa tato merupakan sebuah simbol yang menunjukkan keahlian khusus. Bahkan ada referensi yang mengatakan bahwa jika seorang suku Dayak berhasil memenggal kepala musuhnya dalam perang maka dia mendapat tato di tangannya yang menunjukkan ia sebagai seorang pejuang dan telah menjadi seorang bangsawan.
Lain halnya dengan Suku Mentawai yang memandang tato sebagai suatu hal yang sakral dan berfungsi sebagai simbol keseimbangan alam yang merupakan roh kehidupan. Oleh karena itu tato tidak dapat dibuat sembarangan. Sebelum pembuatan tato dilaksanakan, ada Panen Enegaf alias upacara menyambut kedewasaan yang dilakukan di Puturkaf Uma (rumah tradisional suku Mentawai). Upacara ini dipimpin oleh Sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barulah proses merajah tato dilaksanakan.
Selain itu, pada jaman kolonial, tato difungsikan sebagai tanda penjahat dengan cara memberikan cap di tubuh yang mudah terlihat dengan besi panas yang dibentuk. Pada sekitar tahun 1960, para penjahat juga ditandai dengan tato, yang kemudian muncul sebuah istilah tato penjara. Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal tato. Namun tato menjadi sebuah hal yang tabu karena adanya unsur agama dan fungsi tato sebelumnya yang digunakan sebagai simbol bagi penjahat sedangkan pada masa kini tato mulai memiliki fungsi sebagai karya seni.
Proses Awal Pembuatan Tato
Pada awalnya, bahan tinta untuk membuat tato berasal dari arang tempurung yang dicampur dengan air tebu. Alat-alat untuk meraajah tinta pada kulit yang digunakan pun masih sangat tradisional. Seperti duri pohon, tulang binatang, kayu, jarum dan pemukul dari batang kayu. Orang-orang pedalaman masih menggunakan teknik manual dan bahan-bahan tradisional ini. Di kuil-kuil Shaolin, mereka menggunakan gentong tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar tato naga pada kulit tubih. Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu. Saat ini, terutama di kalangan masyarakat perkotaan, pembuatan tato dilakukan dengan mesin elektrik. Mesin ini ditemukan pada tahun 1891 di Inggris. Kemudian zat warna sendiri menggunakan tinta sintetis. (Joe)
Pada awalnya, bahan tinta untuk membuat tato berasal dari arang tempurung yang dicampur dengan air tebu. Alat-alat untuk meraajah tinta pada kulit yang digunakan pun masih sangat tradisional. Seperti duri pohon, tulang binatang, kayu, jarum dan pemukul dari batang kayu. Orang-orang pedalaman masih menggunakan teknik manual dan bahan-bahan tradisional ini. Di kuil-kuil Shaolin, mereka menggunakan gentong tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar tato naga pada kulit tubih. Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu. Saat ini, terutama di kalangan masyarakat perkotaan, pembuatan tato dilakukan dengan mesin elektrik. Mesin ini ditemukan pada tahun 1891 di Inggris. Kemudian zat warna sendiri menggunakan tinta sintetis. (Joe)